Kamis, 19 November 2009

Siapa Lebih Menikmati Pernikahan?

Siapakah yang paling menikmati indahnya sebuah pernikahan? Para pria atau para wanitakah yang lebih menikmatinya? Selama bertahun-tahun topik ini telah menjadi sebuah perdebatan yang sengit. Hingga kini, para pakar masih saling melemparkan pendapat. Banyak yang mengatakan bahwa para prialah yang lebih beruntung dalam sebuah pernikahan. Karena mereka mendapatkan seorang 'pelayan' yang akan mengatur rumah, mengurus anak-anak, mendorong mereka untuk pergi ke dokter, atau bahkan berbelanja ke pasar.


Linda Waite, seorang sosiolog terkenal dari University of Chicago dan seorang
feminis, serta salah seorang penulis buku yang banyak diminati The Case for Marriage mencoba menepis pendapat-pendapat seperti itu.
Menurutnya, para wanita sebenarnya juga memperoleh manfaat dan keuntungan dari sebuah pernikahan. Ia mengatakan bahwa isu tentang para pria lebih beruntung dan para wanita lebih dirugikan serta semakin tingginya angka perceraian telah mendorong sebagian besar wanita muda menghabiskan waktu mereka lebih banyak dalam meniti karir. Waite khawatir kalau kebohongan ini malah akan membawa kerugian untuk wanita-wanita tersebut. Untuk memperkuat pendapatnya, Waite memanfaatkan teknik-teknik riset terkini untuk mengukur apa yang dapat disusun oleh para sosiolog tentang kehidupan para suami dan istri. Ia memanfaatkan data-data dari penelitian barunya serta data-data dari penelitian lainnya yang telah diperbaharui dan dipusatkan pada dilema para wanita menikah yang mengalami depresi. Di antara penemuan-penemuan pada kartu nilai dari Waite dan Marie Galagher, rekan penelitinya dari Institute for American Values, sebuah lembaga pemikiran nirlaba yang memusatkan perhatian pada kehidupan keluarga, diperoleh kesimpulan
sebagai berikut.

a.. Para pria memperoleh berbagai manfaat kesehatan yang lebih besar dari sebuah perkawinan dibanding para wanita, karena para istri biasanya mempengaruhi para suami untuk mengadopsi pola dan gaya hidup mereka yang lebih sehat.

b.. Para suami dan istri dengan komitmen yang sama terhadap satu sama lain, mengekspresikan tingkat kepuasan yang sama dalam pernikahan mereka. Mereka sama-sama bahagia.

c.. Para wanita memperoleh keuntungan finansial yang lebih besar dibanding para pria. Terutama wanita yang sebelumnya tidak bekerja.

d.. Dalam hal kepuasan seksual, kedua jenis kelamin sama-sama memperoleh keuntungan yang lebih besar. Besarnya komitmen dalam pernikahan meningkatkan kepuasan seksual seorang wanita. Memiliki seorang pasangan tetap yang dicintai juga meningkatkan kepuasan seksual seorang pria.
Sedangkan David Myers, seorang psikolog sosial dan penulis The Pursuit of Happiness juga mendukung pernyataan bahwa para wanita sama bahagianya dengan para pria dalam sebuah pernikahan. "Pemikiran bahwa para wanita akan lebih bahagia jika mereka tidak menikah dan para pria akan lebih bahagia jika mereka menikah sama sekali tidak benar.
Bukti-bukti yang ada menunjukkan kebalikannya berkali-kali lipat," ungkap Myers. Ia mengutip sebuah penelitian besar yang diakui dan dilakukan terhadap lebih dari 35.000 orang dewasa. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa persentase serupa dari para wanita menikah (41%) dan para pria menikah (38%) mengatakan bahwa mereka sangat bahagia, jauh melebihi orang-orang yang tidak menikah ataupun yang telah bercerai.
Walaupun ada beberapa hal yang mengindikasikan bahwa sebuah pernikahan yang buruk mungkin lebih menyedihkan untuk seorang wanita, mitos bahwa para wanita lajang umumnya lebih bahagia ketimbang para wanita yang telah menikah dapat disingkirkan, demikian dipaparkan oleh Myers dalam American Psychologist. "Para wanita zaman sekarang lebih realistis dalam menilai sebuah pernikahan. Mereka tahu bahwa pernikahan tidak memiliki jaminan, dan tidak ada keajaiban dalam sebuah cincin pernikahan. Keajaiban datang dari sebuah hubungan yang sehat dan kuat," ujar Myers.
Bagaimana komentar Anda?





3 komentar: