Minggu, 15 November 2009

Ideologi Satu Bukti Pencarian Identitas Manusia

Selama hampir empat abad lamanya, ide pembaharuan terhadap problematika kontemporer yang mencuat di pelbagai pelosok dunia berada pada suatu system “kebingungan yang tidak bisa digambarkan”, dan hampir semua system kebingungan itu termanifestasikan dengan mulut tanpa ada polemik atau pun kontroversi. Dan ini adalah gembaran akan antah-berantahnya tatanan dunia.
Rangkaian peristiwa dan kasus yang saling meningkahi sejak tahun 1914 M telah menguburkan pelbagai macam ilusi tentang pembaharuan tatanan global dan telah melibas habis pelbagai macam ideologi kehidupan yang pada akhirnya menjadi manuskrip-manuskrip ideologi yang terkompilasi dalam ensiklopedia mati.

Musim panas (summer) tahun 1914 M telah menjadi saksi bisu akan hancurnya berbagai macam harapan yang telah dibangun di atas pondasi evolusi yang penuh dengan kedamaian oleh para kapitalis dunia, dan 1914 juga telah menjadi saksi mati akan hancurnya faham-faham sosialisme-internasional.

Krisis tatanan global yang berawal pada tahun 1929 M adalah krisis terpanjang dan tragedi paling memilukan yang pernah dialami oleh peradaban manusia di muka bumi ini. Seandainya saja dunia dan segala isi yang dikandung dalam perutnya, seandainya saja bebatuan yang berserakan ditepian kehidupan manusia, seandainya saja pepohonan dan rerumputan yang nakal juga debu-debu yang berterbangan mempunyai hati dan perasaan, pasti mereka akan menangis dengan kepiluan yang diderita oleh umat manusia, dan mereka pasti akan menyampaikan kodolensi yang teramat dalam atas nama dunia kedua yaitu dunia mereka, tapi sayang mereka hanyalah makhluk-makhluk mati yang tak bisa mengucapkan kalimat barang sepatah pun dan tak bisa meneteskan air mata barang sebutir pun sebagai simbol kepedulian terhadap penderitaan manusia.

Kebutuhan terhadap ideologi laksana kebutuhan manusia terhadap agama, atau bahkan ideologi legi dibutuhkan bagi manusia daripada agama dalam tataran berbangsa. Singkatnya ideologi adalah agama baru.

M. Ulinnuha

2 komentar:

  1. Tulisan yg disuguhkan baru "kepalanya" saja. Gag ada "kaki"nya. Bahasanya intelek, bisa dipahami oleh kalangan mahasiswa dan setingkat lainnya dan gag sembarangan orang bisa memahaminya. Kelemahannya ada pada isi. tiga paragraf pertama semua mengandung tanda tanya. Namun, jawabannya cuma membutuhkan satu paragraf, bahkan satu kata, yakni 'agama'.

    BalasHapus
  2. setubuh..artikel yang ga meaning dengan judulnya..isi pokok poinnya cuma pda paragraf akhir..itu pun cuma tiga baris

    BalasHapus